Rabu, 26 November 2008

Panggilan


Didunia hukum kriminal, jika seorang jadi saksi ataupun tersangka suatu perkara, biasanya orang tersebut mendapat surat panggilan dari kepolisian atau kejaksaan. Surat panggilan pertama, jika tidak diindahkan akan dilakukan pemanggilan kedua dan jika masih tidak dihiraukan maka akan dijemput paksa. Jika sampai terjadi jemput paksa, maka ketidakhadiran saat pemanggilan pertama dan kedua pastilah akan menjadi hal yang memberatkan hukuman bagi si itu orang.

Dalam hidup kita sering dipanggil untuk menghadap Allah. Panggilan pertama berupa suara azan yang menandakan bahwa sudah waktunya kita menghadap Allah. Sudahkah kita penuhi panggilan pertama tersebut. Panggilan pertama ini panggilan yang paling ringan kita kerjakan, tidak butuh materi, tidak butuh energi banyak dan juga tidak butuh waktu banyak. Hanya butuh niat dan keikhlasan kita untuk beribadah sesuai fitrah penciptaan manusia ditambah ilmu beribadah.

Panggilan kedua adalah panggilan untuk berhaji di tanah suci. Ini perlu perjuangan yang lebih berat dibandingkan panggilan yang pertama. Butuh materi, tenaga fisik, mental serta waktu yang yang lebih banyak selain ilmu yang juga harus dipersiapkan. Ini berat, karena ini gambaran kecil tentang kejadian pada panggilan berikutnya sebagai latihan.

Panggilan terakhir adalah jemput paksa. Jika panggilan pertama masih bisa diabaikan begitu juga dengan panggilan kedua masih juga bisa diabaikan. Tapi panggilan ketiga adalah jemput paksa, yaitu maut. Ini yang paling berat, karena ini kita sudah memasuki pengadilan yang sebenarnya. Kita juga tidak bisa melakukan jual beli hukum, karena semua bukti terpampang serta saksi yang hanya bisa berkata jujur. Jika panggilan pertama dan panggilan kedua kita abaikan, sudah pasti hal tersebut akan memperberat hukuman. Jadi apa kita masih mau mengabaikan panggilan dan menunggu jemput paksa? Mari kita perbanyak bukti yang meringankan serta saksi yang meringankan dengan do’a, sedekah, dan berbagai ibadah lain sesuai yang telah diajarkan Rasulullah SAW. Ya Allah, Engkau yang berkuasa membolak-balikkan hati manusia, jagalah hati hamba agar senantiasa dekat dengan-Mu. Amien.

Selasa, 25 November 2008

Haji dan Mati


Dari ceramah pembekalan haji di rumah tetangga yang saya ikuti kemarin disampaikan oleh Ustadz H. Muazim Syair, ternyata haji itu mirip dengan mati karena banyak persamaannya :
1. Haji dan mati sama-sama panggilan Allah.
2. Haji dan mati sama-sama ditentukan waktunya, bedanya kalo haji bisa kita rencanakan dan waktu berhaji bisa kita ketahui, sedangkan mati waktunya hanya Allah yang tahu, kalau kita pergi haji kita masih bisa kembali, sedangkan kalau pergi mati kita tidak bisa kembali.
3. Haji dan mati sama-sama perlu bekal dan sebaik-baik bekal adalah taqwa (Al Qur’an).
4. Pakaian haji dan mati sama-sama lembaran kain putih tidak berjahit, cuma beda nama kalau pakaian haji disebut ihram sedangkan pakaian mati disebut kafan.
5. Kalau haji dikumpulkan di padang Arafah, kalau mati akan dikumpulkan di padang Ma’syar.
6. itu saja yang saya ingat, yang lain nggak ingat maklum nggak bawa catatan.

Kamis, 20 November 2008

Aku mimpi


Semalam aku bermimpi, setelah dua malam aku tidak dapat tidur nyenyak karena jagoanku yang rewel. Entahlah setiap terbangun, jagoan kecilku, si Endu selalu nangis minta jalan-jalan. Padahal rasanya tiap jam dia terbangun dan nangis. Gak peduli tengah malam, gak peduli hari hujan. Ini sudah berlangsung selama tiga minggu kata permaisuriku. Yach aku memang baru merasakan dua malam ini karena selama tiga minggu terpaksa kutinggalkan keluargaku untuk urusan tugas kantor.

Tapi semalam aku benar-benar nyenyak tidurku. Entah dengan si Endu. Yang jelas aku sempat bermimpi seolah-olah aku ikut pertandingan lari gembira, bukan di arena olah raga, tetapi menaiki tangga gedung yang berkelok-kelok. Suasananya mirip-mirip kegiatan tim building outbond. Capeknya terbawa sampai saat aku terbangun. Lari naik turun tangga gedung mewah. Saat finish di bawah, ternyata koq penyelenggaranya mirip Pak Fachrurrozy ketua Masjid Arrahman di deket rumah? Tidak ada pengumuman juara, yang ada hanya pertanyaan beliau :’Mengapa capek-capek naik turun gedung mewah, seharusnya anda itu berlari ke gedung sebelah itu…. Masjid” Aku terbangun dan suara azan dari masjid sudah terlewat. Entah apa maknanya tapi biasanya aku gak pernah ingat peristiwa yang ada di mimpi, tapi yang ini saya bisa ingat dan saya tulis di sini.

Rabu, 22 Oktober 2008

Biography 07

Bandung

Keluar dari barak tentara Cimahi, tidak langsung balik kampong, tetapi menuju kampus di Geger Kalong Bandung, bersama teman-teman dari Bandung. Tujuan utama adalah mencari kontrakan rumah. Dapat rumah di daerah Panorama dekat kampus IKIP. Trus pulang ke Prambanan untuk liburan. Kembali ke Bandung menuju rumah kawan di Bale Endah, ternyata kontrakan di Panorama sudah di batalkan, dan dapat di Pejagalan Gerlong yang lebih dekat dengan kampus. Satu rumah berdelapan dengan membuat sekat dari triplek dan kain gordyn.

Banyak kenangan di rumah ini. Paling tidak banyak cewek yang takut melintas karena penghuninya sangar he…..he…. rugi jadinya. Tapi waktu tinggal di rumah inilah kami seperti menemukan orang tua di Bandung, keluarga bu Mukari atau ibu Yuni. Beliau banyak membantu baik dari segi material seperti kiriman makanan dan pinjaman duit buat bayar kontrakan hingga hiburan alias tempat kami nonton sepak bola sambil menikmati kopi manis atau sekedar ngobrol menghilangkan kejenuhan.

Selain semangat kuliah, kegiatan yang rutin tiap pagi rebutan kamar mandi. Jum’at pagi senam di IKIP, minggu jalan-jalan ke punclut, malamnya jalan-jalan ke alun-alun pulangnya cari contekan laporan praktikum.

Semester pertama lancar, walaupun belasan kawan harus kena DO. Semester kedua terpaksa aku ujian semester di rumah sakit, karena kena serangan thypus. Ingat semester pertama sudah belasan yang DO, sekarang ujian di rumah sakit dan nggak bisa konsentrasi belajar, ujian secara privat one on one dengan pengawas, dan gak bisa nyontek membuat makin bingung sehingga harus lebih lama lagi di rumah sakit. Syukur dan terima kasih kawan-kawan sangat support dengan bantuan nemenin di rumah sakit. Khan gak ada keluarga di Bandung. Alhamdulillah semester kedua lulus dengan nilai mepet.

Menjelang lulus, kami diharuskan masuk lagi ke barak PUSDIKHUB Cimahi. Untung cuma dua minggu, kalau tiga bulan kayak sebelumnya mungkin keluar barak sudah bisa dipersenjatai oleh negara…he…he… tiarap kopral……

Senin, 20 Oktober 2008

Istrimu adalah pakaianmu

Hari Jum’at (17/10) aku berkesempatan mendengar ceramah agama lewat nasihat pernikahan tetanggaku. Kebetulan aku di dhapuk menjadi koordinator dokumentasi jadi bisa bludhas-bludhus ke manapun kaya wartawan. Dari acara seserahan, akad nikah, persiapan panggung, pemotongan sapi, persiapan dapur sampai ke perhelatan resepsi aku harus selalu siap di lokasi dengan menenteng kamera. Siapa tahu ada momen yang harus diabadikan untuk dijadikan kenangan.

Dari nasihat perkawinan, yang bisa saya share dari nasihat Prof. Dr. Ir. H. Faschrurrozy Sarkowi, MSc tersebut adalah sebagai berikut :

1. Seorang isteri adalah pakaian buat suami dan suami adalah pakaian buat isteri. Sebagai pakaian tentu memiliki tiga fungsi yaitu :
a. Pakaian itu melindungi (dari panas, dingin, debu dll), jadi suami isteri itu harus saling melindungi..
b. Pakaian itu menutupi aurat, jadi suami isteri harus saling menutupi kekurangan pasangannya, jangan diumbar ke tetangga.
c. Pakaian itu memberikan keindahan dan keagungan, jadi suami isteri harus bisa saling menjadi kebanggan bagi pasangannya, jangan sampai orang malu berada di dekat pasangannya
2. Kita telah diberi modal oleh Allah berupa mawadatan warahmah. Sebagai modal tentu harus kita kembangkan.

Sampai hari minggu (19/10) aku terus menenteng kamera handycam, sementara kamera foto aku serahkan ke juniorku. Kalah dipenampilan, aku coba percepat edit dan pertama serahin hasil.

Rabu, 13 Agustus 2008

Biografi 06

Do’aku dikabulkan

Kembali aku menikmati indahnya jadi pengangguran. Saat itu aku dapat menikmati doa. Kira-kira jam 8 malem, kampungku sudah gelap. Aku pergi ke mushala yang berlantai dua, tempat shalat di lantai dua. Lantainya bukan dari semen cor, tetapi dari bamboo sehingga kalo dilewati akan berbunyi reyot-reyot. Aku shalat Isya’ dan berdo’a semoga aku bisa sekolah lagi. Entah karena khusyuk atau gimana, sampai aku tidak sadar kedatangan seorang tetangga yang biasa menjadi imam di mushala itu. Waktu itu lampu memang dimatikan, tetapi lantai mushala tidak mungkin sunyi jika dilewati. Pasti berderit-derit. Selesai berdoa aku kaget mendengar suara tetanggaku itu “Mas tambahi dengan tahajjud mas” katanya.

Suatu sore kakakku mendengar pengumuman lewat RRI Surakarta bahwa ada sekolah gratis dengan ikatan dinas plus uang saku. Namun nggak jelas isinya, hanya penyelenggaranya waktu itu PERUMTEL. Akupun mencari informasi ke Kantor PERUMTEL Jogja, dan pengumuman itu dipajang di depan kantor. Aku juga mengajak temen-temenku untuk sama-sama mendaftar, terutama yang sama-sama jadi pengangguran. Dulu aku maunya masuk jurusan administrasi, tetapi sewaktu aku ketemu temen di kantor polisi saat mencari SKKB, aku ubah pilihanku menjadi jurusan Teknik. Saran temenku yang jadi pertimbangan, bahwa kalo di Teknik peserta yang diijinkan dari jurusan IPA dan jenis kelamin laki-laki. Sedangkan kalo dari Administrasi pesertanya laki dan perempuan, dengan pendidikan SMA IPA atau IPS. Jadi kalo diitung peluang diterima lebih banyak di Teknik. Sementara temenku yang ngasih saran malah tetap mendaftar di jurusan administrasi.

Pendaftaran di Kantor WITEL VI Semarang. Belum pernah aku masuk kota semarang, kenalanpun tak ada. Aku naik bis bersama temen ke semarang, turun di depan rumah sakit Karyadi. Sampai semarang kira-kira jam 8 malam. Aku nggak ngerti mau kemana lagi, lokasi pendaftaran pun aku tidak tahu alamatnya. Alhamdulillah aku ketemu mahasiswa IKIP Semarang yang menawariku tidur di tempat kostnya. Dari dialah aku tahu dimana tempat yang kami tuju.

Sebelum mengikuti ujian aku datang ke tempat seorang Kyai. Aku ditanya satu pertanyaan dari pak Kyai “Shalat gak?”. Karena shalatku masih blang bentong ya aku jawa “Kadang-kadang”. Pak Kyai itu hanya tersenyum dan memberi saran “Kalo mau lulus, benerin shalatnya, banyakin doanya. Sebelum berangkat baca Al Fatihah, sepanjang perjalanan usahakan selalu mengucap shalawat”. Aku hany bisa menjawa “Insya Allah Pak Kyai”

Dari ujian pertama, tidak ada satupun dari temenku yang namanya terpampang di koran saat pengumuman hasil seleksi dimuat, kecuali namaku. Ujian kedua, wawancara, aku sendirian dari kampungku. Sampai di lokasi ujian, kulihat peserta semuanya serius belajar. Mereka membawa buku-buku untuk dibaca. Sedangkan aku? Tidak membawa apa-apa karena memang nggak punya buku dan nggak tahu harus belajar apa. Aku melihat peserta keluar dari ruang ujian pada keringatan. Apa di dalam disuruh push up apa yach. Aku cuek aja. Setelah aku masuk ruang ujian, ternyata aku hanya diberi dua pertanyaan dan setelah itu selesai. Lho koq cepet? Yang lain tadi khan lama?

Pengumuman hasil test wawancara tidak jelas waktunya. Informasi hasil seleksi akan dikirim lewat pos. Sering aku datang ke semarang untuk mengetahui barangkali sudah ada pengumuman. Suatu sore pak pos datang membawa resi surat tercatat yang harus diambil di kantor pos besok harinya. Pagi-pagi aku ke kantor pos. Ternyata isi surat tersebut adalah panggilan untuk mengikuti test berikutnya yang seharusnya pada hari itu jam 08.00. Dan pada jam itu, aku masih berada di kantor pos Prambanan. Akupun langsung meluncur ke Semarang. Tiba di semarang jam 13.00, lokasi test kesehatan di Laboratorium Cito di Indraprasta Semarang dan kesehatan umum di Puskesmas Pandanaran. Selesai dari Cito, aku menuju Puskesmas Pandanaran, tapi karena sudah jam 4 sore, dokternya sudah tidak ada. Sementara besoknya hari libur tiga hari berturut-turut. Saran orang puskesmas, aku kembali pada hari kerja berikutnya. Alhamdulillah aku masih dinyatakan lulus walaupun terlambat tiga hari.

Keterlambatan masih terjadi. Saat harus dilakukan briefing oleh manajemen PERUMTEL jam 08.00, pada jam tersebut aku kembali masih berada di Kantor Pos. Sehingga sampai di Semarang acara sudah bubar, akhirnya aku hanya bertanya ke pegawai disana mengenai isi briefing. Intinya akan harus mengikuti Pembinaan Mental di Pusat Pendidikan Angkatan Darat (PUSDIKHUB) Cimahi. Sewaktu aku Tanya apa yang harus dibawa, belia menjawab :”Pokoknya bawa surat-surat penting”.

Karena tidak bisa menterjemahkan “surat-surat penting” maka aku cari segala macam keterangan dari kelurahan dan kantor polisi. Surat keterangan belum nikah, SKKB, STTB lengkap – kap – kap. Sampai di di PUSDIKHUB ternyata semua surat itu tidak diperlukan, yang diperlukan hanya KTP yang ternyata malah tidak terbawa. Maklum karena nggak pernah ngantongi duit, aku nggak pernah bawa dompet, dan KTP adanya di dompet…..

Alhamdulillah Bintal lancar, bahkan keluar dari Cimahi badanku tambah berisi. Khan makan jadi teratur. Kerjanya olah raga, makan dan tidur……. he……he…. Dan Alhamdulillah doaku dikabulkan untuk sekolah lagi di Bandung.

Biografi 05

Aku Kuliah

Aku dinyatakan lulus seleksi PMDK di fakultas Peternakan Universitas Gajah Mada tahun 1986. Sebenarnya aku nggak peduli dengan pengumuman itu, karena aku yakin bahwa Bapakku pasti tidak sanggup membiayai kuliahku. Akupun tidak pernah lagi nengok SMAku setelah selesai ujian akhir. Sampai ada utusan dari sekolah yang mencariku, mengatakan bahwa aku harus masuk ke fakultas itu karena sudah diterima. Pertimbangan yang dikatakan adalah bahwa hal ini menyangkut nama baik sekolah. Akhirnya dengan berat Bapakku mencari pinjaman Rp. 100.000,- untuk biaya semester I. Akhirnya akupun tercatat sebagai mahasiswa di fakultas peternakan UGM. Aku kuliah masih menggunakan sepeda kesayanganku, kukayuh sampai gembrobyos. Jarak rumah ke kampus kira-kira 17 kilo, jadi paling sedikit waktu itu aku bersepeda 35 kilo sehari. Wow. Sekarang naik sepeda 1 kilo saja udah mau putus napas. Biasanya aku singgah di rumah temenku yang berada di tengah-tengah jarak rumah ke kampus, kadang minta minum, kalo ada makanan yach minta makan sekalian….he….he…

Semester satu kulalui dengan lancar. Nilaikupun masih yang terbaik, kalo nggak salah IPku waktu itu 3,65. Masuk semester 2 waktunya bayar uang kuliah lagi sebesar Rp. 110.000,-. Dari mana duitnya, lha utang yang dipakai untuk bayar semester I saja belum terbayar. Bapakku bilang “Wis le, sing penting wis ngrasakke kuliah…”. Yach sudah kumulai hariku sebagai pengangguran. Uenak tenan. Bangun pagi selepas subuh olah raga jogging, sarapan pagi habis itu keluyuran….. Aku coba masukin lamaran untuk jadi apa saja, satpam, buruh pabrik atau apapun. Tak satupun perusahaan yang merespon. Waktu pembangunan taman purbakala Candi Prambanan dimulai, aku ikut jadi kulinya. Cuma bertahan seminggu, dapat gaji Rp. 6000,- . Nggak kuat, tangan yang biasa hanya pegang pulpen koq disuruh angkat rangka baja bangunan. Nggak ada tenaganya

Biografi 04

The KID’S GAMES dan ROY PATEL

Alhamdulillah aku lulus dari SMP Bogem dengan predikat terbaik III. Setelah lulus SMP, Bapakku menginginkan aku sekolah di STM atau SPG, dengan pertimbangan bahwa Bapakku merasa tidak mungkin mampu membiayai aku sekolah sampai perguruan tinggi. Dengan masuk STM atau SPG diharapkan dapat langsung bekerja. Tapi aku bersikukuh untuk masuk SMA, bahkan kalau aku tidak boleh masuk SMA aku lebih baik tidak sekolah saja.

Dan akupun mendaftar ke SMA Negeri Kalasan dengan pertimbangan sekolah negeri dengan biaya murah dan lokasinya paling dekat dengan rumah. Tidak ada sekolah lain yang aku coba daftar. Alhamdulillah, tepat pada saat kejadian gerhana matahari total tahun 1983, aku dinyatakan lulus seleksi pada nomor urut 12.

Di SMA inilah aku mulai berani bergaul, banyak temen yang akrab cewek maupun cowoknya. Aku juga merasa dimanja oleh temen-temenku. Buktinya, waktu acara camping di Kaliurang, yang lain diharuskan jalan kaki, temen-temenku justru menginginkan aku ikut truk. Pacaran? Wah, saat itu aku nggak ngerti pacaran itu bagaimana. Apa pacaran itu jalan-jalan bareng? Tapi tanpa pacaranpun aku sering jalan bareng. Apa pacaran itu makan-makan? Lha kalo gitu yang bayar siapa, duit nggak pernah ada. Jadi saat itu memang aku tidak tahu pacaran itu bagaimana. Apa pacaran itu sering ngobrol berdua, wah…. Kalo ceritanya udah habis masa harus di rewind…… he. Aku memang bisa membedakan cewk cantik dan yang kurang cantik. Tapi untuk cewek cantik aku hanya ingin melihat saja, nggak perlu yang lain…..he…he…

Di SMA, aku punya temen akrab yang lebih sering belajar bareng. Bahkan kalo ada kegiatan apapun lebih banyak berada satu kelompok. Hingga kami singkat kelompokku itu The KID’S GAMES. Ini bukan geng, karena ini hanya singkatan nama temen-temenku. Kristanto, anak pak Walijo yang guru PMP. Anaknya ganteng tapi pemalu. Pernah dia naksir cewek sekelas, tapi pas duduk berdampingan malah mandi keringat dan tidak bisa belajar, tanpa ada obrolan juga. Pernah juga kami harus muter balik bertamu ke rumah teman setelah pamitan, gara-gara dia tadi kelupaan berkenalan dengan adik temenku itu. Tadi dia baru sempat lirik-lirik doing. Ibrahim si jago volley, lebih banyak dipanggil Pehot. Denmase Kentier alias Joko Umbaran yang lagi pengin diakui eksistensinya. Sarwoto, seniman pintar yang suka bikin lagu. Gombloh alias Harwanto yang mirip Chuck Norris eh… salah Cak Naryo. Amin temenku dari SD, ganteng dan anteng. Muntalip, ya… aku sendiri. Erlik, anak pak polisi. Dan Sih Giarto yang …… apa yach… Sebenarnya bukan hanya The Kid’s Games yang ada tetapi kelasku juga punya julukan Roy Patel alias Loro IPA Telu. Bukan hanya The Kid’s Games dan Roy Patel aja di SMAku, terlalu banyak yang berkesan…..

Biografi 03

Aku Masuk SMP

Menjelang pendaftaran SMP, aku diantar Bapakku menghadap kepala SD tempatku belajar. Intinya Bapakku minta pengantar atau surat keterangan bahwa aku siswa lulusan terbaik dari sekolah itu untuk katebelece agar aku dapat diterima di SMP Bogem yang sekarang menjadi SMP negeri I Kalasan. Sebenarnya tanpa katebelece pun aku yakin bisa diterima. Namun sebagai cadangan aku mendaftar ke 2 SMP yaitu SMP Islam Prambanan dan SMP Negeri Bogem. Kebetulan waktu test masuk tidak berbarengan. Aku mendaftar ke sekolah itu barengan sama temenku Amin dengan ngengkol sepeda kebo. Aku naik sepeda kebo dengan “ngodok” karena tinggi badanku belum sampai ke sadel sepeda itu. Yang beda adalah saat itu aku sudah bersepatu……he…..he….

Akhirnya aku diterima di SMP Negeri Bogem sedangkan temenku Amin di SMP Islam Prambanan. Tidak ada yang istimewa waktu aku sekolah di SMP ini. Yang aku ingat, saat itu aku bener-bener jadi anak pemalu dan penakut. Saking malunya aku tidak bergaul dengan siapapun, bahkan temen sekelaspun banyak yang tidak aku kenal. Saking penakutnya waktu sepedaku rusak dalam perjalanan ke sekolah, aku gotong balik sepedaku ke rumah dan aku tidak jadi sekolah karena takut ditanya sama guru kenapa terlambat.

Biografi 02

Aku Masuk Sekolah

Aku memasuki sekolah secara tidak resmi karena aku diajak oleh sepupuku yang sering aku panggil Mi. Berdua kami berangkat dari sekolah, tanpa seragam dan tanpa sepatu alias nyeker. Sekolah TK yang aku sendiri nggak tahu apa nama sekolahnya, karena sekarang sudah tidak ada. Lokasinya deket Sekolah Luar Biasa di kampungku. Yang kuingat hari pertamaku di sekolah itu di isi dengan bermain gambar. Pas jam pulang, hari hujan sehingga aku pulang kehujanan. Karena kehujanan itu, hari berikutnya aku nggak mau sekolah lagi. Dan hari itu adalah satu-satunya hari aku sekolah di TK.

Sebenarnya pada saat tahun ajaran baru aku di ajak kakakku untuk didaftarkan di SD. Entah tahun berapa, aku memang belum mengenal tanggal saat itu. Yang jelas aku belum di terima di SD Tamanan I tempat kakakku belajar. Suatu hari di bulan Januari 1974, seperti biasa aku bangun tidur langsung mencari sepupuku untuk aku ajak bermain. Tetapi pada saat itu, sepupuku sudah berdandan rapi tidak seperti biasanya. “Arep nengdi Bag?” Aku bertanya pada sepupuku itu yang bernama Bagyo. Dia menjawab bahwa dia hari itu akan bersekolah. Maka aku langsung lari pulang dan minta sekolah. Akhirnya aku bareng kakakku kembali ke SD Tamanan I dan diterima di kelas IA.

Hari-hari di SD, aku lalui dengan rutinitas kumpul di rumah Amin sebelum berangkat sekolah. Dari rumah Amin baru secara rombongan berangkat ke sekolah berjalan kaki ke sekolah yang berjarak kira-kira 3 kilo. Masih seperti dulu, tanpa seragam, tanpa sepatu. Di setiap perjalanan ke sekolah, kami serombongan selalu berhenti untuk melihat apa saja yang kami temui, orang jualan, orang ngangon kebo, orang yang lagi panen rami atau apapun. Sampai pernah aku berangkat pagi, tetapi sampai sekolah sudah masuk ke mata pelajaran ketiga hari itu. Tetapi alhamdulillah, aku lulus juga tanpa melalui fase tinggal kelas. Bahkan aku selalu dinyatakan sebagai rangking pertama di sekolahku.

Biografi 01

Aku Terlahir

1967, Kamis Pahing bulan Maulud Tahun Alip. Aku terlahir sebagai putra bungsu dari ibuku Sariyem (atau Sarinem, tapi yang aku tahu ya.. mbah Joyo Sari, maklum tidak ada akte, surat nikahpun sudah hilang entah kemana, soalnya waktu nikah masih jaman penjajahan) dan Bapakku Pilang Jaya Pawira. Aku lahir di Kampung Prambanan tepatnya di belakang Candi Sewu. Kala itu, sampai waktu aku lulus SMA kampungku masih gelap tanpa ada penerangan listrik. Jalanpun masih jalan tanah. Masih banyak kebun bamboo yang membuat kampungku semakin serem kalo malam hari. Dengan kerlip jamur akar bamboo disetiap pekarangan rumah. Tapi Alhamdulillah sekarang kampungku sudah terang, jalan sudah beraspal dan ber cor semen, sudah ramai karena deket dengan tempat wisata candi Prambanan.

Tempat mainku dulu adalah kompleks Candi Sewu yang waktu itu masih berupa tumpukan batu berserakan. Atau di panggung Ramayana yang kini telah dibongkar. Di Candi Sewu, biasanya aku melihat turis asing yang kadang ngajakin ngobrol dengan bahasa yang tidak aku mengerti. Atau aku mencari buah sirsak, atau burung murai atau hanya sekedar melihat kambing-kambing yang diangon orang. Kalau lagi bulan puasa aku juga kadang membawa buku-buku sekolah ke Candi Sewu untuk belajar atau sekedar tidur di atas tumpukan batu sambil menunggu datangnya waktu berbuka. Biasanya aku bermain bersama temen-temen sebayaku.

Kata orang tuaku aku sepuluh berasudara, tapi yang aku lihat sejak lahir yach cuma berempat dengan satu kakak perempuan dan dua kakak laki-laki. Bapakku seorang pekerja buruh bangunan. Kadang punya penghasilan kalo tenaganya di pake orang. Tapi tak jarang pula hanya menunggu hasil sawah yang hanya sepetak. Mungkin karena kondisi inilah sehingga aku hanya bisa merasa bahwa aku empat bersaudara. Karena saudaraku yang lain telah meninggal sebelum aku lahir. Tapi aku bangga dengan bapakku, karena tidak pernah ku dengar keluhannya dan tak pernah kulihat kemarahannya. Dan di masa tuanya Bapakku juga rajin ke mushala untuk shalat berjamaah. Di hari lebaran tahun 1996, saat kami menunaikan shalat Id, Bapak dan Ibuku tinggal di rumah, karena Bapak memang sudah tidak mampu melakukan apa-apa. Sepulang dari Shalat Id, Bapak sudah tidak sadarkan diri karena serangan stroke yang ketiga kalinya. Malam harinya Bapakku meninggal. Innalillahi Wa Inna ilaihi Roji’un.

Selasa, 12 Agustus 2008

Legenda Candi Sewu

Kompleks Candi Sewu terletak di kawasan Candi Prambanan, tepatnya di dukuh Bener Desa Bugisan Prambanan Klaten. Dari Candi Prambanan (Candi Rara Jonggrang) berjarak kira-kira 800 meters. Candi Sewu merupakan candi Budha kedua terbesar di Jawa Tengah setelah Candi Borobudur.

Berdirinya Candi Sewu (Budha) yang yang berdekatan dengan Candi Prambanan (Hindu) membuktikan bahwa pada saat itu umat Hindu dan Budha hidup dalam keselarasan dan keharmonisan. Candi ini dibangun pada tahun 792 M atau pada abad ke-8 saat Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Raja Rakai Panangkaran. Nama kompleks candi ini diperkirakan "Manjus’rigrha" (Rumah Manjusri). Manjusri merupakan salah satu Boddhisatva dalam ajaran Budha.

Candi ini pertama kali diteliti oleh HC Cornellius pada tahun 1807. Penelitian akrkeologi pertama dilakukan oleh NJ Krom pada tahun 1923. Pemugaran besar-besaran dilakukan pada tanggal 1 April 1983 hingga tahun 1993 dengan menelan dana sebesar 3 miliar rupiah. Kompleks Candi Sewu terdiri dari 249 candi dengan candi utama yang diapit oleh 8 candi-candi kecil dan 240 candi "Perwara". Candi utama membentuk format poligon yang terditi dari 20 sudut dengan diameter 29 meter dan ketinggian 30 meter. Hampir seluruh struktur candi terbuat dari batu andesit.Candi utama memiliki satu ruang utama dan empat ruangan kecil yang terhubung dengan candi. Pintu timur berfungsi sebagai pintu utama menuju ruang utama. Candi utama menghadap ke arah timur. Struktur candi memiliki 9 atap, di mana masing-masing atap membentuk sebuah stupa pada puncaknya.

Menurut cerita legenda Candi Sewu dibangun oleh Bandung Bondowso dalam memeuhi tuntutan Dewi roro Jonggrang. Konon, Raden Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging menginginkan Dewi Roro jonggrang untuk dijadikan istrinya. Roro Jonggrang menolak karena Bandung Bondowoso merupakan musuh yang telah membunuh ayahnya yaitu Prabu Baka. (situs Ratu Baka berada di perbukitan Prambanan sebelah selatan). Roro Jonggrang, putri mendiang Raja Baka yang telah ditaklukkan Bandung Bondowoso bukan lagi orang yang merdeka dan masuk ke dalam kekuasaan Bandung Bondowoso. Tak mungkin ia menampik kehendak seorang lelaki yang kini menjadi penguasanya. Untuk menolaknya, ia mengajukan syarat yaitu minta dibangunkan seribu candi dalam waktu satu malam.

Bandung Bondowoso menyanggupi (nggak tahu sombong atau gengsi atau over Convidence). Pada malam yang ditentukan, mulailah Bandung Bondowoso memahat, menyusun batu dan menegakkan candi, beratus-ratus, dengan bantuan para makhluk halus taklukannya. Roro Jonggrang yang terus ikut memantau jalannya pembangunan candi merasa cemas karena kecepatan pembangunan Candi yang diminta benar-benar diluar prediksinya. Untuk mengelabui waktu, Rara Jonggrang mengumpulkan warga untuk membuat perapian dengan membakar jerami di sebelah timur Candi dengan menabuh lesung. Cahaya merah di sebelah timur dan suara alunan tabuhan lesung membuat suasana seolah-olah menjelang pagi. Ayam jantan pun mulai berkokok begitu pun burung-burung mulai bernyanyi. Dengan suasana seperti itu para makhluk halus pembantu Bandung Bondowoso ketakutan karena hanya bisa bekerja jika malam hari. Dan mereka langsung menghentikan bantuannya dalam membuat Candi.

Konon dari seribu Candi yang dijanjikan baru ditegakkan 999 Candi. Karena tuntutannya 1000 Candi maka Roro Jongrang pun tetap pada prinsipnya untuk menolak pinangan Bandung Bondowoso. Kemarahan dan kekecewaan pangeran pengging ini akhirnya dilampiaskan dengan mengutuk Rara Jonggrang untuk menjadi Candi yang ke-1000. (Patung Roro Jonggrang ada di Candi Prambanan di bilik Candi utama menghadap ke utara).

Jumat, 08 Agustus 2008

Dzikir Air

“Dan Kami ciptakan dari air segala sesuatu yang hidup.” (Q.S. Al Anbiya:30)
Dalam kitab-kitab tafsir klasik, ayat tadi diartikan bahwa tanpa air semua akan mati kehausan. Tetapi di Jepang, Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama dengan tekun melakukan penelitian tentang perilaku air. Air murni dari mata air di Pulau Honshu didoakan secara agama Shinto, lalu didinginkan sampai –5oC di laboratorium, lantas difoto dengan mikroskop elektron dengan kamera kecepatan tinggi. Ternyata molekul air membentuk kristal segi enam yang indah. Percobaan diulangi dengan membacakan kata, “Arigato (terima kasih dalam bahasa Jepang)” di depan botol air tadi. Kristal kembali membentuk sangat indah. Lalu dicoba dengan menghadapkan tulisan huruf Jepang, “Arigato”. Kristal membentuk dengan keindahan yang sama. Selanjutnya ditunjukkan kata ”setan”, kristal berbentuk buruk. Diputarkan musik Symphony Mozart, kristal muncul berbentuk bunga. Ketika musik heavy metal diperdengarkan, kristal hancur.

Ketika 500 orang berkonsentrasi memusatkan pesan “peace” di depan sebotol air, kristal air tadi mengembang bercabang-cabang dengan indahnya. Dan ketika dicoba dibacakan doa Islam, kristal bersegi enam dengan lima cabang daun muncul berkilauan. Subhanallah. Dr. Emoto akhirnya berkeliling dunia melakukan percobaan dengan air di Swiss, Berlin, Prancis, Palestina, dan ia kemudian diundang ke Markas Besar PBB di New York untuk mempresentasikan temuannya pada bulan Maret 2005 lalu. Ternyata air bisa “mendengar” kata-kata, bisa “membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” pesan.

Dalam bukunya The Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk. Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di air. Air bisa mentransfer pesan tadi melalui molekul air yang lain. Barangkali temuan ini bisa menjelaskan, kenapa air putih yang didoakan bisa menyembuhkan si sakit. Dulu ini kita anggap musyrik, atau paling sedikit kita anggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada molekul air lain yang ada di tubuh si sakit.

Tubuh manusia memang 75% terdiri atas air. Otak 74,5% air. Darah 82% air. Tulang yang keras pun mengandung 22% air. Air putih galon di rumah, bisa setiap hari didoakan dengan khusyu kepada Allah, agar anak yang meminumnya saleh, sehat, dan cerdas, dan agar suami yang meminum tetap setia. Air tadi akan berproses di tubuh meneruskan pesan kepada air di otak dan pembuluh darah. Dengan izin Allah, pesan tadi akan dilaksanakan tubuh tanpa kita sadari. Bila air minum di suatu kota didoakan dengan serius untuk kesalehan, insya Allah semua penduduk yang meminumnya akan menjadi baik dan tidak beringas. Rasulullah saw. bersabda, “Zamzam lima syuriba lahu, “Air zamzam akan melaksanakan pesan dan niat yang meminumnya”. Barangsiapa minum supaya kenyang, dia akan kenyang. Barangsiapa minum untuk menyembuhkan sakit, dia akan sembuh. Subhanallah. Pantaslah air zamzam begitu berkhasiat karena dia menyimpan pesan doa jutaan manusia selama ribuan tahun sejak Nabi Ibrahim a.s.

Bila kita renungkan berpuluh ayat Al Quran tentang air, kita akan tersentak bahwa Allah rupanya selalu menarik perhatian kita kepada air. Bahwa air tidak sekadar benda mati. Dia menyimpan kekuatan, daya rekam, daya penyembuh, dan sifat-sifat aneh lagi yang menunggu disingkap manusia. Islam adalah agama yang paling melekat dengan air. Shalat wajib perlu air wudlu 5 kali sehari. Habis bercampur, suami istri wajib mandi. Mati pun wajib dimandikan. Tidak ada agama lain yang menyuruh memandikan jenazah, malahan ada yang dibakar. Tetapi kita belum melakukan zikir air. Kita masih perlakukan air tanpa respek. Kita buang secara mubazir, bahkan kita cemari. Astaghfirullah.

Seorang ilmuwan Jepang telah merintis. Ilmuwan muslim harus melanjutkan berdasarkan Al Quran dan hadis. Wallahu a’lam

Ir.H.Bambang Pranggono MBA, IAI


lebih lengkap termasuk gambar kristal air ada di :


Selasa, 05 Agustus 2008

Kita Memiliki Jumlah Jam yang Sama

Kesempatan yang besar
menanti mereka yang memberi lebih dari yang diminta

Lakukanlah penanganan yang luar biasa
meskipun pada hal-hal yang sangat biasa

Salah satu anugerah terbesar dari Tuhan
adalah memberi kemampuan kepada orang biasa
untuk melakukan hal-hal yang luar biasa

Kita mungkin tak akan pernah memiliki kesempatan
untuk melakukan hal-hal besar secara luar biasa
Tetapi kita semua memiliki kesempatan
untuk melakukan hal-hal kecil secara luar biasa

Menerima pujian adalah hal yang menyenangkan
tetapi itu tak pernah mengajari kita hal baru

Ingatlah, menjadi salesman yang sebenarnya
baru dimulai ketika konsumen bilang ”tidak”

Jika di penghujung hari
Anda merasa sangat lelah
mungkin itu dikarenakan
Anda mengeluh sepanjang hari

Orang-orang yang bisa mengubah dunia
tidak memiliki jumlah jam lebih banyak dalam sehari
daripada apa yang saya dan Anda miliki

Jackson Brown, PS. I Love You,
re-arrenged & translated by Agung
dicopy dari percikan-iman.com

Maafkan Aku ...

Ya Allah, Tadi subuh kuhadapkan tubuh dan wajah ini kepada-Mu. Bacaan demi bacaan terucap dari mulutku. Namun ternyata ... hati ini tak tertuju kepada-Mu

Ya Allah
Sebelum makan pagi kusebut nama-Mu
Setelahnya pun terucap doa dari mulutku
Namun ternyata ... itu semua hanya ucapan belaka
Sedang hati ini melayang jauh entah ke mana

Ya Allah
Di tengah hari tadi kuberjamaah menghadap-Mu
Doa-doa itu kembali kuulangi dan kubaca
Namun ternyata tak satu persen pun hati ini ingat kepada-Mu
Yang terbayang adalah urusan kantor, rumah, dan pertemanan

Ya Allah
Petang tadi Engkau kembali memanggil-manggil diriku
Kudatangi tempat orang berkumpul tuk menghadap-Mu
Dalam ruku’ dalam sujud lagi-lagi doa itu terucap di luar kepala
Dan ternyata ... hati ini malah merencanakan kegiatan esok pagi

Ya Allah
Kusantap lezat hidangan makan malam itu
Kucoba semua menu hingga perut terasa kenyang
Hingga akupun bersendawa dan kuucap Alhamdulillah
Namun ternyata ... tak bertaut sama sekali hati ini kepada-Mu

Ya Allah
Barulah menjelang kupejamkan mata ini
Aku benar-benar berbicara kepada-Mu
Aku sunggu-sungguh sadar sedang bermohon kepada-Mu
Tidak hanya berupa ucapan, tetapi jauh dari dasar lubuk hati ini

Sudilah kiranya Engkau mengampuniku
Yang telah meremehkan dan menyepelekan-Mu
Yang telah berpura-pura berbicara kepada-Mu
Yang telah berngga ria di hadapan-Mu
Yang terlihat seperti mendekat kepada-Mu
Yang ternyata sungguh masih jauh dari-Mu

Seandainya Engkau tiada Maha Pemurah
Sikapku kepada-Mu sepanjang pagi hingga malam ini
Tentu telah membuat Engkau tidak menyukaiku

Ya Allah
Maafkan aku ...

byAgung 201105

dicopy dari percikan-iman.com

Kamis, 31 Juli 2008

Takbir

‘Aisyah Radliyallaahu ‘anhu berkata : Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam biasanya membuka shalat dengan takbir …….. Ya… shalat memang diawali dengan takbir dan di akhiri dengan salam. Diniatkan untuk Allah karena memang manusia diciptakan tidak lain hanyalah untuk beribadah kepada Allah. Takbir yang berarti mengagungkan Allah. Tapi benarkah kita senantiasa mengagungkan Allah? Atau hanya pada saat kita shalat? Pertanyaan ini mengusik pemikiran saya. Karena saya sering lupa bahwa yang pantas diagungkan hanyalah yang Maha Agung, Allahu Akbar. Masih sering diri ini mengagung-agungkan yang lain baik tokoh, uang, kekayaan, jabatan bahkan sering mengagung-agungkan diri. Merasa diri benar, merasa diri hebat. Astaghfirullah, ampuni hambamu ini ya Allah yang begitu sombong dan melupakan keagunganMu.

Kalau setiap lebaran kita mendengar kumandang takbir, dan mengaharap setelah selesai menjalankan puasa ramadhan kita kembali ke fitrah seperti bayi yang baru lahir. Tetapi pada saat itu kita lupa melihat seperti apa keadaan bayi yang baru lahir. Bayi yang baru lahir dalam keadaan kotor, lemah, telanjang dan tak meiliki apa-apa. Dia tidak mampu membersihkan dirinya, tidak mampu mengutarakan kemauannya, tidak mampu melakukan apapun kecuali ada pertolongan. Itulah fitrah manusia, lemah, tak berdaya dan tak memiliki apa-apa kecuali mendapat pertolongan. Dan yang sanggup menolong adalah yang Allah Yang Maha Penolong.

Kini kita dewasa, mampu berjalan, mampu berpikir, mampu mengunkapkan pikiran, mampu bekerja, mampu ini, mampu itu, sebenarnya karena Allahlah yang memberi kemampuan. Lalu sudahkah kita bersyukur? “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih” (QS 14:7). Ya Allah jadikan hambamu ini masuk ke dalam golongan orang-orang yang panda bersyukur dan pandai mengagungkan nama-Mu. Amien.

Niatku

Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitun orang-orang yang khusyuk dalam salatnya. (QS 23:1-2). Untuk dapat khusyuk tentu harus dimulai dari niat.

“Sesungguhnya semua pekerjaan itu bergantung kepada niat” hadits yang diriwayatkan oleh Umar bin al-Khaththab radhiallaahu ‘anhu. Dan untuk melaksanakan perintah dan menjauhi larangan dibutuhkan niat yang benar (hadits Umar). Lalu pernahkah kita mengecek niat kita. Adalah merupakan hal yang berat untuk senantiasa menjaga niat. Salat yang sudah kita niatkan “lillahi ta’ala” pun kadang terbelokkan untuk sesuatu yang bersifat keduniaan bahkan riya. Padahal niat sangat berpengaruh terhadap nilai ibadah, karena niat merupakan sahnya ibadah dan niat juga sebagai syarat diterimanya ibadah (ikhlas). Niat memang tidak bisa dipertontonkan, niat tidak dapat dilihat orang karena niat berkaitan dengan hati. Tapi Allah yang Maha Mendengar dan Maha Melihat tentu tahu niat apa yang ada di hati kita. Ya Allah, jadikan hambamu ini menjadi orang yang pandai menjaga niat. Janganlah salatku dan ibadahku hanya menjadi suatu pekerjaan rutinitas yang tak bernilai apa-apa. Dan jadikan segala aktifitasku sebagai ibadah kepadaMu. Amien.