Jumat, 16 Januari 2009

IBO NetRe Sumbagsel Januari 2008


Kegiatan IBO (Iman-Budaya-Olah Raga) bulan Januari 2009 diisi Siraman rohani Islam yang diampaikan oleh Ustadz Hidayatullah dari IAIN Raden Fatah Palembang pada Kamis ba’da Ashar mengambil tema ”Dengan Tahun Baru Kita Tingkatkan Performansi Kerja”. Kegiatan yang dilakukan di mushala lantai tiga gedung NetRe ini diikuti oleh seluruh karyawan kantor NetRe Sumbagsel.

Tahun baru Islam dimulai dari peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Dan saat Nabi kembali menundukkan mekah dengan tanpa tetesan darah, Nabi bersabda ”Tidak ada lagi hijrah setelah aku taklukkan Mekah”. Ini berarti makna Hijrah secara khusus hanya terjadi sekali yaitu pada jaman Nabi. Namun secara umum Hijrah adalah Hijaratul Qulub Wal Jawal, hijrahnya hati dan anggota badan. Ini yang harus dilakukan manusia setiap saat. Yaitu Hijrah dari kegelapan menuju cahaya islam, hijrah dari kemaksiatan menuju kebaikan, hijrah dari kesesatan menuju hidayah.

Ustadz Hidyatullah menyampaikan bahwa pada awal penentuan tahun Islam banyak pendapat untuk dijadikan pedoman, di antaranya adalah peristiwa lahirnya Nabi, peristiwa wafatnya nabi dan peristiwa penerimaan wahyu pertama oleh nabi. Namun hal itu tidak disepakati untuk dijadikan pedoman, karena dengan menggunakan peristiwa tersebut ada kecenderungan untuk mengkultuskan nabi. Maka diambil kesepakatan bahwa tahun baru Islam diawali dari peristiwa hijrahnya nabi dari Mekah menuju Madinah.

Selain mengulas sejarah tahun baru Islam, Ustadz Hidayatullah juga menyampaikan hal-hal yang harus kita lakukan menyambut tahun baru 1430 H. Yaitu dengan muhasabah (introspeksi diri) bagaimana kehidupan kita di tahun 1429 H dan kita tingkatkan untuk menjadi lebih baik di tahun 1430. Dengan pergantian tahun ini maka berarti jarak kita dengan ajal kian mendekat, maka sudah sepantasnyalah kita semakin meningkatkan iman dan taqwa kita dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah.

Selain muhasabah, tahun baru juga bermakna peningkatan ukhuwah. Hal ini melihat dari peristiwa hijrah nabi yang mempersatukan kaum muhajirin dengan kaum anshor. Dari ukhuwah ini akan terbangun masyarakat madani dengan melaksanakan sabda nabi SAW saat menginjakkan kaki di Madinah, yaitu tebarkan salam, beri makan orang yang lapar, jalin silaturahim dan bangunlah di dua pertiga malam.

Perintah tebarkan salam berarti tebarkan keselamatan, jadikan diri kita bermanfaat bagi lingkungan kita, biarlah waktu lahir kita menangis dan orang lain tertawa, namun pada saat kita mati, kita yang tertawa dan orang lain menangis. Salam adalah ciri seorang muslim, sudahkah kita memberi salam saat bertemu dan saat berpisah dengan saudara kita sesama muslim? Sudahkah kita bangga dan berani mengatakan bahwa ”Saya seorang muslim”? Kita patut prihatin bahwa kita masih kurang ”ngeh” dengan Islam, malu menunjukkan atribut Islam. Kita masih sering mengikuti gaya dari kaum lain seperti hura-hura menyambut tahun baru miladiyah, tetapi adem ayem bahkan tidak tahu ada tahun baru Hijriyah. Padahal nabi bersabda bahwa barang siapa mengikuti suatu kaum, maka ia bagian dari kaum tersebut.

Perintah memberi makan orang yang lapar mengajarkan kita untuk peduli. Sebenarnya rezeki yang kita miliki adalah yang kita makan dan yang kita sedekahkan. Sedangkan harta yang menumpuk dirumah, direkening atau dimanapun, itu hanyalah sekedar amanah atau titipan yang harus kita jaga, sewaktu-waktu bisa diambil dengan cara apapun dan dengan cara yang bagaimanapun oleh pemiliknya yaitu Allah SWT. Jika dihadapan kita ada orang yang meminta-minta, seharusnya kita bersyukur karena mereka meminta yang yang menjadi hak mereka. Dari rezeki yang kita terima, sebenarnya ada bagian yang menjadi hak kaum miskin dan duafa.

Perintah menjalin silaturahmi mengajarkan kita untuk hidup rukun dan sejajar. Jangan sombong merasa diri lebih baik, lebih hebat dan lebih benar dari yang lain karena sikap tersebut dan kata-kata ”ana khoiru minhu” merupakan sikap dan kata-kata iblis saat disuruh sujud kepada Adam AS. Kebenaran hanyalah milik Allah.

Sedangkan perintah untuk bangun di dua pertiga malam mengajarkan kita untuk memiliki kekuatan ruhiyah yang kuat, sesuai janji Allah bahwa shalat tahajud akan mengangkat kita menuju tempat yang mulia (maqamammahmudah). Dari empat perintah nabi tersebut, tiga menyangkut hablum minannas dan satu menyangkut hablum minallah.

Maaf, jika ada yang salah, ini hanya berdasarkan ingatan semata, tanpa catatan sebagai referensi.