Selasa, 12 Agustus 2008

Legenda Candi Sewu

Kompleks Candi Sewu terletak di kawasan Candi Prambanan, tepatnya di dukuh Bener Desa Bugisan Prambanan Klaten. Dari Candi Prambanan (Candi Rara Jonggrang) berjarak kira-kira 800 meters. Candi Sewu merupakan candi Budha kedua terbesar di Jawa Tengah setelah Candi Borobudur.

Berdirinya Candi Sewu (Budha) yang yang berdekatan dengan Candi Prambanan (Hindu) membuktikan bahwa pada saat itu umat Hindu dan Budha hidup dalam keselarasan dan keharmonisan. Candi ini dibangun pada tahun 792 M atau pada abad ke-8 saat Kerajaan Mataram Kuno diperintah oleh Raja Rakai Panangkaran. Nama kompleks candi ini diperkirakan "Manjus’rigrha" (Rumah Manjusri). Manjusri merupakan salah satu Boddhisatva dalam ajaran Budha.

Candi ini pertama kali diteliti oleh HC Cornellius pada tahun 1807. Penelitian akrkeologi pertama dilakukan oleh NJ Krom pada tahun 1923. Pemugaran besar-besaran dilakukan pada tanggal 1 April 1983 hingga tahun 1993 dengan menelan dana sebesar 3 miliar rupiah. Kompleks Candi Sewu terdiri dari 249 candi dengan candi utama yang diapit oleh 8 candi-candi kecil dan 240 candi "Perwara". Candi utama membentuk format poligon yang terditi dari 20 sudut dengan diameter 29 meter dan ketinggian 30 meter. Hampir seluruh struktur candi terbuat dari batu andesit.Candi utama memiliki satu ruang utama dan empat ruangan kecil yang terhubung dengan candi. Pintu timur berfungsi sebagai pintu utama menuju ruang utama. Candi utama menghadap ke arah timur. Struktur candi memiliki 9 atap, di mana masing-masing atap membentuk sebuah stupa pada puncaknya.

Menurut cerita legenda Candi Sewu dibangun oleh Bandung Bondowso dalam memeuhi tuntutan Dewi roro Jonggrang. Konon, Raden Bandung Bondowoso dari Kerajaan Pengging menginginkan Dewi Roro jonggrang untuk dijadikan istrinya. Roro Jonggrang menolak karena Bandung Bondowoso merupakan musuh yang telah membunuh ayahnya yaitu Prabu Baka. (situs Ratu Baka berada di perbukitan Prambanan sebelah selatan). Roro Jonggrang, putri mendiang Raja Baka yang telah ditaklukkan Bandung Bondowoso bukan lagi orang yang merdeka dan masuk ke dalam kekuasaan Bandung Bondowoso. Tak mungkin ia menampik kehendak seorang lelaki yang kini menjadi penguasanya. Untuk menolaknya, ia mengajukan syarat yaitu minta dibangunkan seribu candi dalam waktu satu malam.

Bandung Bondowoso menyanggupi (nggak tahu sombong atau gengsi atau over Convidence). Pada malam yang ditentukan, mulailah Bandung Bondowoso memahat, menyusun batu dan menegakkan candi, beratus-ratus, dengan bantuan para makhluk halus taklukannya. Roro Jonggrang yang terus ikut memantau jalannya pembangunan candi merasa cemas karena kecepatan pembangunan Candi yang diminta benar-benar diluar prediksinya. Untuk mengelabui waktu, Rara Jonggrang mengumpulkan warga untuk membuat perapian dengan membakar jerami di sebelah timur Candi dengan menabuh lesung. Cahaya merah di sebelah timur dan suara alunan tabuhan lesung membuat suasana seolah-olah menjelang pagi. Ayam jantan pun mulai berkokok begitu pun burung-burung mulai bernyanyi. Dengan suasana seperti itu para makhluk halus pembantu Bandung Bondowoso ketakutan karena hanya bisa bekerja jika malam hari. Dan mereka langsung menghentikan bantuannya dalam membuat Candi.

Konon dari seribu Candi yang dijanjikan baru ditegakkan 999 Candi. Karena tuntutannya 1000 Candi maka Roro Jongrang pun tetap pada prinsipnya untuk menolak pinangan Bandung Bondowoso. Kemarahan dan kekecewaan pangeran pengging ini akhirnya dilampiaskan dengan mengutuk Rara Jonggrang untuk menjadi Candi yang ke-1000. (Patung Roro Jonggrang ada di Candi Prambanan di bilik Candi utama menghadap ke utara).

Tidak ada komentar: