Rabu, 13 Agustus 2008

Biografi 06

Do’aku dikabulkan

Kembali aku menikmati indahnya jadi pengangguran. Saat itu aku dapat menikmati doa. Kira-kira jam 8 malem, kampungku sudah gelap. Aku pergi ke mushala yang berlantai dua, tempat shalat di lantai dua. Lantainya bukan dari semen cor, tetapi dari bamboo sehingga kalo dilewati akan berbunyi reyot-reyot. Aku shalat Isya’ dan berdo’a semoga aku bisa sekolah lagi. Entah karena khusyuk atau gimana, sampai aku tidak sadar kedatangan seorang tetangga yang biasa menjadi imam di mushala itu. Waktu itu lampu memang dimatikan, tetapi lantai mushala tidak mungkin sunyi jika dilewati. Pasti berderit-derit. Selesai berdoa aku kaget mendengar suara tetanggaku itu “Mas tambahi dengan tahajjud mas” katanya.

Suatu sore kakakku mendengar pengumuman lewat RRI Surakarta bahwa ada sekolah gratis dengan ikatan dinas plus uang saku. Namun nggak jelas isinya, hanya penyelenggaranya waktu itu PERUMTEL. Akupun mencari informasi ke Kantor PERUMTEL Jogja, dan pengumuman itu dipajang di depan kantor. Aku juga mengajak temen-temenku untuk sama-sama mendaftar, terutama yang sama-sama jadi pengangguran. Dulu aku maunya masuk jurusan administrasi, tetapi sewaktu aku ketemu temen di kantor polisi saat mencari SKKB, aku ubah pilihanku menjadi jurusan Teknik. Saran temenku yang jadi pertimbangan, bahwa kalo di Teknik peserta yang diijinkan dari jurusan IPA dan jenis kelamin laki-laki. Sedangkan kalo dari Administrasi pesertanya laki dan perempuan, dengan pendidikan SMA IPA atau IPS. Jadi kalo diitung peluang diterima lebih banyak di Teknik. Sementara temenku yang ngasih saran malah tetap mendaftar di jurusan administrasi.

Pendaftaran di Kantor WITEL VI Semarang. Belum pernah aku masuk kota semarang, kenalanpun tak ada. Aku naik bis bersama temen ke semarang, turun di depan rumah sakit Karyadi. Sampai semarang kira-kira jam 8 malam. Aku nggak ngerti mau kemana lagi, lokasi pendaftaran pun aku tidak tahu alamatnya. Alhamdulillah aku ketemu mahasiswa IKIP Semarang yang menawariku tidur di tempat kostnya. Dari dialah aku tahu dimana tempat yang kami tuju.

Sebelum mengikuti ujian aku datang ke tempat seorang Kyai. Aku ditanya satu pertanyaan dari pak Kyai “Shalat gak?”. Karena shalatku masih blang bentong ya aku jawa “Kadang-kadang”. Pak Kyai itu hanya tersenyum dan memberi saran “Kalo mau lulus, benerin shalatnya, banyakin doanya. Sebelum berangkat baca Al Fatihah, sepanjang perjalanan usahakan selalu mengucap shalawat”. Aku hany bisa menjawa “Insya Allah Pak Kyai”

Dari ujian pertama, tidak ada satupun dari temenku yang namanya terpampang di koran saat pengumuman hasil seleksi dimuat, kecuali namaku. Ujian kedua, wawancara, aku sendirian dari kampungku. Sampai di lokasi ujian, kulihat peserta semuanya serius belajar. Mereka membawa buku-buku untuk dibaca. Sedangkan aku? Tidak membawa apa-apa karena memang nggak punya buku dan nggak tahu harus belajar apa. Aku melihat peserta keluar dari ruang ujian pada keringatan. Apa di dalam disuruh push up apa yach. Aku cuek aja. Setelah aku masuk ruang ujian, ternyata aku hanya diberi dua pertanyaan dan setelah itu selesai. Lho koq cepet? Yang lain tadi khan lama?

Pengumuman hasil test wawancara tidak jelas waktunya. Informasi hasil seleksi akan dikirim lewat pos. Sering aku datang ke semarang untuk mengetahui barangkali sudah ada pengumuman. Suatu sore pak pos datang membawa resi surat tercatat yang harus diambil di kantor pos besok harinya. Pagi-pagi aku ke kantor pos. Ternyata isi surat tersebut adalah panggilan untuk mengikuti test berikutnya yang seharusnya pada hari itu jam 08.00. Dan pada jam itu, aku masih berada di kantor pos Prambanan. Akupun langsung meluncur ke Semarang. Tiba di semarang jam 13.00, lokasi test kesehatan di Laboratorium Cito di Indraprasta Semarang dan kesehatan umum di Puskesmas Pandanaran. Selesai dari Cito, aku menuju Puskesmas Pandanaran, tapi karena sudah jam 4 sore, dokternya sudah tidak ada. Sementara besoknya hari libur tiga hari berturut-turut. Saran orang puskesmas, aku kembali pada hari kerja berikutnya. Alhamdulillah aku masih dinyatakan lulus walaupun terlambat tiga hari.

Keterlambatan masih terjadi. Saat harus dilakukan briefing oleh manajemen PERUMTEL jam 08.00, pada jam tersebut aku kembali masih berada di Kantor Pos. Sehingga sampai di Semarang acara sudah bubar, akhirnya aku hanya bertanya ke pegawai disana mengenai isi briefing. Intinya akan harus mengikuti Pembinaan Mental di Pusat Pendidikan Angkatan Darat (PUSDIKHUB) Cimahi. Sewaktu aku Tanya apa yang harus dibawa, belia menjawab :”Pokoknya bawa surat-surat penting”.

Karena tidak bisa menterjemahkan “surat-surat penting” maka aku cari segala macam keterangan dari kelurahan dan kantor polisi. Surat keterangan belum nikah, SKKB, STTB lengkap – kap – kap. Sampai di di PUSDIKHUB ternyata semua surat itu tidak diperlukan, yang diperlukan hanya KTP yang ternyata malah tidak terbawa. Maklum karena nggak pernah ngantongi duit, aku nggak pernah bawa dompet, dan KTP adanya di dompet…..

Alhamdulillah Bintal lancar, bahkan keluar dari Cimahi badanku tambah berisi. Khan makan jadi teratur. Kerjanya olah raga, makan dan tidur……. he……he…. Dan Alhamdulillah doaku dikabulkan untuk sekolah lagi di Bandung.

Tidak ada komentar: