Hari-hari berat aku lalui di minggu minggu terakhir ini. Aku gak tahu
bagaimana aku berkomunikasi dengan anakku. Saat aku bicara dengan anakku, aku
merasa tidak ada jarak, tidak ada sekat bahkan sering juga dengan diselipin canda dan gurau. Tetapi
aku merasa bahwa apapun yang kami jadikan komitmen tidak ada yang terealisasi.
Anakku Kartika Intan Hapsari saat ini memang lagi masa-masa puber. Tetapi
mengapa aku tidak bisa menjadi teman curhatnya, padahal aku selama ini merasa
memperlakukan dia juga sudah seperti teman, aku kasih kebebasan dengan
batasan-batasan. Aku beri kebebasan dia untuk main dan bergaul dengan batasan
sebelum maghrib harus sudah ada dirumah. Aku katakan bahwa boleh dia dekat
dengan lawan jenis, tetapi jangan dijalanan, ketemuan di rumah saja, kalau mau
jalan yang jelas tujuannya. Gak pernah aku tuntut dia menjadi juara, yang
sering aku katakan adalah ”Gak apa-apa bodoh yang penting rajin”.
Aku bingung, istriku bingung dan kami dibuat semua kebingungan. Begitu
sering aku merasa kehilangan anakku. Sering dia pergi, lewat maghrib, lewat jam
9, lewat jam 10 bahkan tidak jarang pulang pagi. Yang membuat aku bingung, saat
dia pergi aku benar-benar kehilangan kontak, telepon gak dijawab bahkan sering
hp dimatiin, sms gak dibalas, hubungi temen-temannya semua bilang tidak tahu.
Aku gak tahu apa yang salah dengan caraku berkomunikasi dengan dia. Ngobrol
berdua dari hati ke hati sudah aku coba. Cara keras dengan hukuman bentakan dan
pukulan sudah aku coba. Komitmen tertulis sudah aku lakukan. Komunikasi dengan
canda tawa sering aku lakukan. Minta bantuan nasihat ustadz, rukyah, sampai
konsultasi psikologi sudah. Mengajak ke komunitas yang positif sudah. Tapi kejadian
terus ada. Pemberontakan? Anakku memberontak? Lalu apa yang menjadikan dia
berontak? Apa yang dia inginkan? Sampai saat ini aku belum tahu jawabannya.
Anakku bilang gak ada masalah. Nasihat psicholog sudah aku jalankan. Ustadz
yang merukyah bilang gak ada gangguan. Aku hanya bisa bilang sama istri, bahwa
kita pasrah saja pada Allah karena Allah yang punya hak memberi hidayah. Perbanyak
istighfar dan sholat tobat karena mungkin kejadian ini akibat dari dosa yang
kita lakukan. Robbana dzolamna anfusana wa inlamtaghfirlana watarhamna
lanakunanna minal khosiriin.
Kepada anakku KARTIKA INTAN HAPSARI, maafkan ayah kalau gak bisa penuhi
semua permintaan. Satu yang ayah minta ”Jangan tinggalkan sholat, dan doakan
ayah dan ibu sesudah itu”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar